Salah satu Alumni Siswa SMP Negeri 3 Babat Angkatan Pertama tahun ajaran 1986 ialah Bapak Achmad Siddiq. Pria yang berasal dari Desa Pucuk, tersebut adalah seorang yatim piatu yakni sejak bersekolah di SMP Negeri 3 Babat dahulu. Namun tekad bulatnya dan semangatnya dalam mencari ilmu tak pernah henti. pesantren pertama yang disinggahi beliau untuk menimba ilmu agama adalah pondok pesantren K.H. Khurqi, Sawahan.
Sambil terus mencari ilmu di perguruan tinggi, dan sekaligus belajar ilmu agama di Pondok Pesantren. Namun harapan beliau untuk berkuliah disana putus ditengah jalan Sebab tidak mendapat doa restu dari kyai. Pesantren berikutnya adalah pondok Pesantren yang berada di Sarang yang diasuh oleh Bapak K.H Maimun Zubair.
Singkat cerita alumnus SMP Negeri 3 Babat itu terdampar di Kota Mojokerto setelah belajar di Pondok Pesantren Sarang, yang kemudian sukses studinya, hingga ketemu jodohnya dengan putri salah seorang kyai setempat.
Dengan berlatar ilmu politik yang diperoleh ketika berkuliah di Universitas Airlangga, Surabaya. sang ibu mertuanya tidak merestuinya Siddiq sebagai menantunya terjun dibidang politik. Padahal ibu mertuanya itu adalah seorang anggota dewan di kabupaten Mojokerto.
Mau nggak mau Siddiq harus membantu bapak mertuanya mengasuh pondok disana.
Lambat laun Bapak Achmad Siddiq sukses merintis dengan sepenuh hati Lembaga pesantrennya sendiri. Atas kuasa Allah SWT, pondok pesantren ini mulai naik daun pada tahun 2000-an tersebut, hal itu dikarenakan atas kepercayaan dari masyarakat setempat disana.
Hingga kini Pondok pesantren yang bertempat di kecamatan Pungging, Mojokerto itu memiliki sekitar 8 ribu santri. Pondok pesantrenya ada 4 cabang. Lokasi pondok kedua inilah yang digunakan tempat tinggal beliau.
Secara pribadi, KH. Achmad Siddiq tidak mengantongi nomor kontak HP untuk urusan pondok dan lembaga pendidikan. Padahal lembaga formalnya yang dimiliknya mulai tingkat SMP/M.Ts, SMA/Aliyah dan Perguruan Tinggi. Semua anak didiknya wajib menghuni pondok sebagai santri. Jika tidak mau mondok (bermukim/menetap dipondok) maka tidak boleh bersekolah di dalamnya. “Walaupun rumahnya dekat dengan lokasi pondok/tetangga sekitar, tetap wajib berdomisili di dalam kompleks pesantren ini…” tutur kyai alumni SMP 3 Babat itu dalam sambutannya.
Sejatinya sudah lama Kyai Siddiq bermaksud memberikan sumbangan kepada SMP Negeri 3 Babat, namun belum sempat terwujud mengingat situasi yang belum mendukung. Akhirnya : keluarga besar SMPN yang bermarkas di Raya Gembong ini punya agenda rapat dinas di Villa Pacet, menyempatkan hadir singgah di pondok pesantren tersebut.
Rombongan guru/karyawan yang menyewa 1 bus besar itu disambut sukacita. Audiensi terjadi di aula Pondok Nuris (Nurul Islam) kampus ll. Sajian pelepas lelah, telah disiapkan oleh pimpinan dan para pengelola pondok dengan tampilan kesenian islami.
Dalam kesempatan itu pula KH. Dr. Achmad Siddiq SE, MM berkenan memberi sumbangan kepada SMPN 3 Babat dalam bentuk uang tunai sebesar Rp 25 juta. Plus pengganti biaya transportasi/akomodasi Rp 5 juta, yang diterima oleh Bapak Agus Imam & Bapak Qoirun Naim.
Usai acara ramah-tamah dengan sajian menu kuliner yang beraneka macam, rombongan keluarga besar SMP 3 Babat masih diberi berkat nasi kotak. “Lumayan bisa disantap di Villa Pacet, Mojokerto….”. Selanjutnya rombongan yang diangkut bus MDC itu meluncur ke Villa Pacet untuk menggelar rapat dinas…. (Reporter : Antrifan) ——-