Juli 27, 2024

SMP NEGERI 3 BABAT

Sekolah Adiwiyata Nasional

Oleh : Bapak Ahmad Fanani Mosah (Guru Pendidikan Agama Islam SMP N 3 Babat)

Kaum tetua kita, rerata umurnya panjang-panjang. Ada yang sampek 100 th. Bahkan lebih. Analisa dari para ahli, ada temuan bahwa orang-orang yg hidup di jaman dahulu kala (nenek moyang kita), konsumsinya dari herbal dan sumber alami. Artinya tidak tercampur dg bahan-bahan kimiawi. Pupuk yg digunakan adalah pupuk kandang. Terkadang humus/kompos.
Sementara belum ada polusi yang mengganggu lingkungan kita. Sayur dan sumber makanan adalah dedaunan hijau yang penuh kloropil. Rempah-rempah untuk bumbu masak tidak instan seperti sekarang.
Di era 70-an saya sering dimintai tolong nenek yang tuna netra. Permintaannya adalah agar saya mengambilkan buah mengkudu (pace) yang sudah masak di pohon ( biasanya berjatuhan). Setelah saya cuci hingga bersih, saya berikan kepada mbah saya yang buta itu. Dalam waktu sekejap pace-pace masak pohon itu ludes disantap dg lahapnya.
Akucoba mencicipi buah mengkudu itu betapa pahit getir dan pedasnya. Justru itulah khasiat yang ada pada buah pedas getir persis sabun itu.
Ini kuketahui baru-baru ini saja. Ternyata kandungan gizi dan vitaminnya sangat tinggi. Bagus untuk kesehatan/stamina badan. Lantas aku berfikir , makanya para nenek moyang kita sehat-sehat. Itu berkat konsumsinya yg serba alami. Mengandung rempah murni tanpa bahan pengawet kimia buatan.
Lantas aku coba bikin ramuan kopi pace. Caranya : buah getir itu dirajang tipis-tipis. Lalu dijemur hingga kering. Setelah itu dgoreng nanangan/sangrai (goreng tanpa minyak). Kemudian ditumbuk halus (diselepkan pada jasa tukang giling).
Jadilah serbuk halus yg kita beri nama kopi herbal pace alami.
Serbuk yg berbau menyengat itu aku bawa ke lokasi perkemahan di pantai kelapa Panyuran – Palang – Tuban. Di lokasi pinggir pantai yg super dingin karena angin laut itu sangat cocok minum kopi pace sebagai penghangat badan.
Akan tetapi banyak pembina yang tidak tahan dg khasiat pace sebagai obat pencuci perut. Pak Wahyu Widoyoto (alm), Pak Yogi dan Pak Furdaus berkali-kali ke WC, gegara minum ramuan kopi pace. Itulah pertanda ampuhnya pencuci perut : pertanda penyakit/kotoran di perut itu dikeluarkan semua.
Sedangkan yang tetap bertahan tidak sakit perut adalah saya ( maklum si pembuat kopi pace) dan Kak Muji Irama , satpam yang bertugas sbg keamanan dilokasi perkemahan.
“Justru badan saya terasa hangat, tidak masuk angin. Padahal saya semalam tidur di pinggir pantai …!” kata Kak Muji sambil memperlihatkan badannya yg berotot itu. – —-
(Penulis : Ahmad Fanani Mosah, Guru & Broadcaster Radio Komunitas Pendidikan SMP Negeri 3 Babat-Lamongan).—-