Juli 27, 2024

SMP NEGERI 3 BABAT

Sekolah Adiwiyata Nasional

Opini Dimuat Massmedia Cetak

Bila Anak-anak Belajar Sepedapancal :
BANYAK JATUH, BANYAK LUKA, CEPAT BISA
(Mitos Nenek Moyang Ditinjau Dari Segi Ilmiahnya)

Kiriman : Ahmad Fanani Mosah
 (Divisi Humas & Litbang Pada Lembaga Pendidikan Anak-anak “KaBBeL” Babat – Lamongan – Jawatimur)

DENGAN Tertatih-tatih, kakek setengah baya yang masih energik itu memegangi erat-erat sepeda ontel (pancal) yang disetir oleh cucunya. Sesekali sepeda mini itu di lepas pelan-pelan, meski sang kakek yang kulitnya sudah mulai keriput itu tetap lari-lari kecil mengikuti cucu tercintanya. Sesekali pula sepeda pancal yang dikayuh oleh  cucu kesayangannya itu oleng, lantas terdengar suara : “Brrruuukk…!!!”, menabrak pagar bambu. Si kecil yang baru saja duduk di bangku Taman Kanak-kanak itupun jatuh. Tapi tidak nangis. Hanya meringis kesakitan  kemudian menggumami kakeknya : “Habis kakek, sih…! Jangan dilepasin, dong Kek..!”

Dengan langkah yang lemah gemulai namun cekatan dan pasti, sosok tua yang terlihat gurat pengalaman pada wajahnya itu, memberi motivasi kepada cucunya yang sedang dibelajari, : “Nggak apa-apa Sayang, biar cepat bisa” bujuk lelaki yang kumis dan jenggotnya sudah banyak ubannya itu.  “Ayo tegakkan lagi sepedanya”, perintahnya pula.

Mantan masinis kereta api itu berpacu memberi semangat kepada cucunya dalam membelajari bersepeda. “Nih lihat, kakek dulu sering jatuh dalam belajar sepedapancal seperti kamu. Hasilnya cepat bisa” katanya pula sambil menunjukkan bekas-bekas luka pada kedua lututnya.

“Kakek dulu belajar sendiri ?” tanya cucunya penuh rasa ingin tahu.

“Iya…, kadang-kadang ditemenin sama Paman Kakek”, sahut lelaki yang pinter momong cucunya itu. Lanjutnya pula : “Bahkan sepedanya nggak kecil seperti ini. Jaman kakek dulu pakai sepeda tinggi-besar. Orang sekarang menyebutnya  sepeda onta !” sambung sang kakek  itu sambil terkekeh-kekeh. Dan si cucupun tertawa renyah, demi mendengar kisah kekeknya soal belajar sepeda.

 

*  *  *  *  *  *  *  *  *  *  *  *  *

MEMANG Kenyataan dalam kehidupan, setiap anak kecil yang baru belajar bersepeda pasti diberi semangat/pujian sebagaimana dalam kisah/illustrasi tersebut di atas. Sebab ingatan yang paling kuat menempel pada benak anak adalah : ungkapan yang mengisyaratkan bahwa banyak luka cepat bisa.

Mitos ini  akan terngiang-ngiang terus, hingga anak dewasa bahkan sampai beranak-pinak. Secara implisit, sinergi-sinergi psikologi dan pendidikan akan muncul melalui pesan-pesan orangtua pada kasus yang mengharuskan adanya sistim  kemandirian anak.

  1. Jatuhnya anak dalam belajar bersepeda, (selama tidak membahayakan) jangan segera ditolong. Biarkan dia bangun sendiri dan membenahi sepedanya.
  2. Bila ada semacam luka-luka kecil (tergores yang tidak berbahya), berilah semangat dengan kata-kata : “Tidak apa-apa, paling nanti juga cepat sembuh, dll”
  3. Pembimbing dipersilahkan berbohong (bohong dalam rangka mendidik), dengan kata-kata semisal : “Saya dulu juga sering jatuh dan banyak luka, akhirnya cepat bisa” sambil menunjukkan bekas-bekas luka (meskipun luka bukan karena belajar sepeda).
  4. Informasikan kepada anak, bahwa pandangan mata harus jauh ke depan. Bukan melihat roda depan dan jangan melihat setir.
  5. Sesekali dilepas, sesekali disahut bila dirasa jatuhnya membahayakan.
  6. Ketika Anda memegangi, katakan bahwa Anda tidak memeganginya. Biar si anak lebih bersemangat. Tapi sebaliknya ketika Anda tidak memegangi (kemudian akan jatuh) katakan bahwa Anda terus memegangi semenjak tadi. Biar si Anak tidak punya rasa takut.
  7. Sering-seringlah memberi pujian kepada anak, besarkanlah nyalinya agar dia lebih bersemangat.
  8. Kalau sudah ada perkembangan, suruhlah belajar sendiri. Meskipun terkadang si anak masih merengek minta dikawal. Gunakan kesempatan ini untuk memberi teori-teori bersepeda dengan baik. Misalnya : berjalan di sebelah kiri, tidak boleh tolah-toleh, jangan ngobrol dengan teman, jangan bersepeda hingga berjajar 3 sepeda, pandangan ke depan dan tetap berkosentrasi,
  9. Apa yang dilakoni anak akan terpatri dalam sanubari.
  10. Tidak menutup kemungkinan, kelak jika ia membelajari anak-pinaknya, juga akan menularkan formulasi ilmu yang diperolehnya dulu, ketika ia sedang belajar sepeda.

(Kiriman : Ahmad Fanani Mosah, (Divisi Humas & Litbang Pada Lembaga Pendidikan Anak-anak “KaBBeL” Babat – Lamongan – Jawatimur)

Penulis Adalah Alumni PGAN Malang, Jl. Bandung 7, Yang Pernah Magang (Praktek) Di MIN Malang I, (Sekitar Tahun 1982).

 

Alamat Kantor Dinas : SMP Negeri 3 Babat, Jl. Rayagembong – Tilp (0322) 451588 – Babat– Lamongan 

Alamat Rumah : Jl. Langgawakaf 20 Sawo – Babat – Kab. lamongan.

Kontak HP : 0857 309 248 76.