PERNAK-PERNIK SOSIAL DALAM PROSES PERSAHABATAN
Kiriman : Ahmad Fanani Mosah
- KOMPERSADA
(Kompak Persahabatan Di Udara)
BEGITU Aku bercuap-cuap di radio Arsega FM yang bergelombang 107,07 M.Hz itu langsung “diserbu” oleh pendengar lewat SMS. Diantara para pendengar banyak yang panasaran : ingin tahu bagaimana situasi dan kondisi ketika seorang penyiar mengudara. Tak ayal pula banyak penggemarku yang datang menjengukku ketika aku sedang siaran. Dan merekapun membawa oleh-oleh camilan, buah-buahan, bahkan pruduk home industrinya, semacam lumpia, mi lidi instan, gethuk singkong, wedang jahe, dll. Dengan demikian aku lebih menyadari betapa pentingnya makna persahabatan.
- PEJABAT BERSAHABAT MINGGAT
Semenjak kuliah kami bersahabat dengan salah seorang teman. Baik-baik saja. Bahkan kami dalam satu group kesenian. Karena domisili yang berbeda, seolah kami putus mata, akan tetapi hati masih saling menyapa. Lewat SMS-an tentunya. Kabar punya kabar, dia sukses menjadi pejabat birokrat yang hebat. Sementara diriku adalah seorang wartawan mingguan yang tak karuan penghasilan. Inipun tergantung tulisan.
Eh,…..ternyata teman yang semula setia itu hingga kini sulit dihubungi dan tak pernah menghubungi. Selidik punya selidik, ternyata dia alergi dengan sosok yang bernama wartawan. Gara-gara keprofesian lantas ia lari dari persahabatan. Dasar orang yang nggak pantas buat percontohan……!!
- DARI DADAKAN HINGGA LANGGANAN
Bermula iseng mampir warung bakso yang sepertinya kok full pengunjung saja. Rasa penasaran itu terobati juga. Setelah menenggak seporsi bakso dan es degan yang segar, memang puas rasanya. Begitu sampai di rumah, saya kehilangan HP. Setelah saya ingat-ingat, mungkin tertinggal di warung bakso.
Esok harinya saya balik lagi ke warung yang senantiasa banyak pengunjung itu. Ternyata betul, HP-ku masih diamankan (disimpan) oleh si pemilik warung yang baik hati itu. Hingga kini kami sering kontak-kontakan. Alhamdulillah, sahabatku bertambah rupanya. Dan apabila kami ingin menikmati bakso, cukup mampir saja ke warung bakso yang mengamankan HP itu.
- PESAN RHOMA IRAMA
Saya paling suka dengan lagu-lagunya Bang Haji Rhoma Irama. Salah satu sairnya ada yang bejudul SAHABAT. Simak saja syairnya :
MENCARI TEMAN MEMANG MUDAH
‘PABILA UNTUK TEMAN SUKA
MENCARI TEMAN TIDAK MUDAH
‘PABILA UNTUK TEMAN DUKA
BILA TEMAN DI MEJA MAKAN
ITU HANYA SEMENTARA
TAPI TEMAN DI PINTU PENJARA
DI SANA TEMAN TIADA
TAPI TEMAN DUNIA AKHIRAT
ITU BARULAH SAHABAT
DIANTARA TUBUH ADA YANG TERLUKA
SAKITLAH SEMUANYA
ITULAH TEMAN DALAM TAQWA
DARI DUNIA SAMPAI SURGA…..
- TAMU ADALAH SAHABAT
Sebagai penulis freelance, aku sering didatangi tamu. Mereka bilang, tahu alamat rumah ini lantaran membaca tulisan-tulisanku yang sering nongol di media cetak. Tamu-tamu itu hanya ingin berkenalan, ngobrol ngalor-ngidul se-kena-nya. Uniknya lagi, diantara tetamu itu juga tidak saling kenal. Akhirnya secara otomatis merekapun saling berkenalan. Ini pertanda secara langsung maupun tidak langusung, padepokan kami berubah fungsi sebagai sarana perkenalan dan media obrolan. Kelakar demi kelakar yang mengalir menambah pereratan dalam pertemanan. Bagaimanapun, tamu juga sahabat.
- MENYULAP ROKOK MENJADI PERMEN
Ada 1001 lebih media yang dapat memperakrab persahabatan. Salah satunya yang paling ampuh bin tok cer adalah rokok. Betapa tidak !, hanya dengan segelintir rokok, jalinan persahabatan dijamin langgeng hingga di hari kemudian. Bahkan yang awalnya tidak saling mengenalpun, lengketnya mengalahkan perangko dan permen karet. Bahkan proses persahabatan itu lebih kuat daripada lem perekat.
Namun sayang, sayang, seribu sayang…..! dengan media sedot yang full nikotin itu, tidak ada untung buat kesehatan badan. Nah, dengan tidak mengurangi makna pertalian kasih dan sillatrurrohmi, alangkah afdolnya manakala segelintir rokok dan atau sekali sedot cerutu, diganti dengan segelintir permen.
Dengan permen : sehat di jasmani, erat di rohani. Dengan permen : nikmat di mulut, nyaman di emut, sahabat akan kepincut, teman-teman dijamin pasti katut.
7- KUTUBUSUK JUGA SAHABAT
Ini kisah betul-betul nyata. Teman se-asrama yang bernama Gozali itu melarang membunuh hewan yang bernama kutubusuk (orang jawa bilang “tinggi”, “kepinding”, orang Jakarta bilang “bangsat”). Alasannya : kutu penggigit dan penghisap darah itu berjasa bagi dirinya.
Hewan insecta itu saban malam membangunkan Gozali dengan cara menggigit/menyedot darahnya. Dalam rasa gatal itu, Gozali lantas terbangun dan menunaikan sholat tahajud. Kalau begitu mari kita mengadakan peternakan “tinggi” saja, biar kita digigit, lalu tergugah dari tidur yang nyenyak, lantas menunaikan sholat malam…..tahajud, sambil berdo’a : Ya Alloh, selamatkanlah “tinggi-tinggi” itu dari gintesan orang.
- BUAH KELAPA YANG DISUKA
Sebatang pohon kelapa di depan rumah itu mulanya sebagai hiasan saja. Begitu tumbuh besar dan berbuah, banyak yang tergiur untuk mereguknya. Terbukti suatu malam ada tetangga yang menyolongnya.
Demi kerukunan dalam bertetangga, kubiarkan si “maling” itu beraksi. Hal ini aku ketahui dari balik kaca riben rumah kami. Dalam hati aku bertanya : Hai maling, malam-malam gini kamu lapar dan dahaga, ya…..??.
- DI MANAKAH SAHABAT ITU ??
Sejatinya sahabat ada di mana-mana. Tergantung individunya masing-masing, bagaimana mencari dan menemukan sahabat itu.
Setiap saat setiap waktu, sahabat ada di depan mata. Ya, matahati dan katahati yang harus aktif mencari. Apabila rajin mencari niscaya sosok yang bernama sahabat itu akan senantiasa kau temui.
- LEWAT SAHABAT : PROMOSI TAK PERNAH HENTI
SHODAQOH TERJALANI
Biaya promosi untuk sebuah produk home industri itu tergolong tinggi. Apalagi kuliner Wingko bikinanku ini angina-anginan. Artinya terkadang ramai dan tak jarang sepi pasaran. Sementara harga bahan bakunya kerap naik duluan.
Maka satu-satunya cara harus punya untuk promosi tanpa disertai dana yang berarti. Setiap ada tamu yang anjangsana ke rumah kami, pasti saya suguhi Wingko produk kami. Begitu pulang, masih saya sangoni beberapa bungkus lagi. Itung-itung bersedekah, yang di dalamnya tersirat sinergi-sinergi ekonomi. Setidak-tidaknya mereka bisa bicara tentang produk kami.
Ini namanya sekai dayung 2-3 pulau terlampaui. Sekali sedekah, promosi sudah terjalani.
- MINGGU SOSIAL BERSANDAL JEPIT
Edisi minggu kali ini aku tidak bisa hadir mengikuti kerjabakti bersama warga. Sebab kebetulan akhir-akhir ini pimpinan kantorku menugasiku keluar kota.
Agar tidak terjadi putus hubungan dengan warga, kuperintahkan istriku untuk kirim camilan kepada masyarakat yang sedang bekerjabakti. Untuk menambah gairah dalam gotong royong, istriku kirim 22 pasang sandal jepit hasil dagangannya. Karuan saja para warga itu merasa senang dibuatnya. Merekapun merasa terpacu semangat kerjabaktinya, tanpa merasa sakit kakinya.
- PASIR, JAGUNG, EMPUT DAN POP CORN
Ketika aku sedang merehabilitasi rumah, banyak sekali materialan yang menggunung di sekitar halaman. Ada pasir, semen, batu bata, koral, dsb. Suatu ketika ada tetangga yang membutuhkan 2-3 genggam pasir. “Monggo…silahkan…ambil saja secukupya” kataku mempersilahkan orang itu.
Lantas orang itu mengambilnya dengan wadah yang sudah dipersiapkan. Beberapa jenak kemudian, wanita setengah baya itu muncul lagi sambil membawa sekeranjang pop corn. Rupanya pasir yang baru saja dimintanya itu untuk menggorang jagung dengan nang-nangan (goring tanpa minyak, tapi pakai pasir, disangrai). Maka jadilah pop corn yang enak, gurih dan sedap alami. Sementara pada wadah yang lain, terdapat emput (serbuk jagung dicampur gula). Inilah kebersamaan fungsi dan rasa dalam bertetangga. Tapi perlu dicatat, ketika makan emput jangan sekali-sekali berbicara…..!!!
- KENANGAN DARI ANAK TEMAN
Sahabatku, Djemino tergolong orang berada. Maklum dia pemborong proyek kelas kakap. Djemino punya anak seusia SD (Sekolah Dasar). Guna menambah pengalaman di luar, anaknya yang bernama Baskara dileskan secara privat ditempatku. Berkat bimbinganku, Si Baskara di sekolahnya, mendapat presatasi yang menakjubkan. Kontan di akhir tahun saya mendapat bingkisan yang lumayan mahal dari Djemino. Ya, mahal se-ukuranku. Memang begitulah Djemino memberiku hadiah lebih. Itung-itung disamping anaknya berprestasi, saya dengan Djemino sudah menjadi sahabat karib jauh sebelum maghrib, bahkan sebelum kami beranak-pinak.
14 – TADARUS BERTEMAN DAPAT CAMILAN
Saban malam surau di pojok kampung kami tak pernah sepi. Apalagi musim puasa tahun ini. Jama’ah yang terdiri dari arek-arek hingga kakek-nenek ada semua. Lebih-lebih di saat tadarusan malam ba’da taraweh, full pengunjung. Ada saja warga yang kirim camilan. Satu, dua yang mengaji, lainnya menikmati konsumsi. Meski demikian, yang penting jalinan pertemanan tetap abadi sepanjang hari.
15 – SAHABAT NGABUBURIT, CARA SEHAT YANG IRIT
Temanku sekampung hampir setiap sore mengajakku jalan-jalan menunggu saat berpbuka puasa. Di sekitar kampung kami banyak sekali obyek yang dijadikan ajang ngabuburit. Ada Jalan Petro yang lengang. Jalur menuju perusahaan air mimun Petrokimia itu penuh dengan pipa-pipa raksasa, yang acapkali dijadikan arena kongkow-kongkow.
Ada lagi Agrobis yang penuh dengan wisata kuliner yang siap saji dan siap santap. Di belahan timur lagi, terdapat Babat Barage, sebuah jembatan bendug gerak yang panoramanya sangat menakjubkan.
Maka tak heran lagi bila teman-temanku : Munipah, Saejah, Romlah dan Markonah mengajakku bersepedah pancal ke lokasi-lokasi tempat ngabuburit itu.
16 –SAFARI TARAWIH TANPA PAMRIH
Romadlon kali ini aku mendapat jatah mengisi ceramah kultum (kuliah 7 menit) dari masjid ke masjid. Setidak-tidaknya ada 13 tempat yang aku singgahi. Ini artinya banyak kenalan baru yang aku dapati. Dan ini pula antara lain hikmah adanya safari tarawih tanpa pamrih. Rejeki tidak harus berupa materi. Tapi sahabat, teman, kenalan, juga anugerah yang tak terlupakan.
17 – IDUL FITRI : BERSALAM-SALAMAN DAPAT HIDANGAN
Siapa yang tidak suka bila hari lebaran telah tiba. Kawan lama, teman baru, handai tolan, sanak family, kerabat dekat, keluarga tercinta tumplek bleg menjadi satu. Tentu acara yang dikemas dalam acara halal bi halal itu penuh dengan uborampen. Aneka hidangan : menu, masakan minuman dan camilan semua akan ditelan. Padahal sejatinya, yang terpenting adalah nilai silaturrohmi, itulah yang terpuji.
18 – LAPANGAN PEKERJAAN UNTUK TEMAN
Temanku, Sunaryo boleh dibilang The Best Friend. Soal ekonomi yang sangat di bawah garis kemiskinan membuatku iba padanya. Menjelang hari raya ini saya butuh tenaga untuk bersih-bersih, mengecat dinding, dll. Lantas saya teringat teman yang tidak punya pekerjaan tetap. Begitu aku tawari pekerjaan, ia senangnya bukan main. “Lumayan untuk nyambung umur” kilahnya. Begitu selesai pengerjaannya, sejumlah uang sebagai imbalan tenaga kasarnya selama berhari-hari, kutambahi.
19 – MELACAK “DOR” KUTEMUKAN TEMAN
Setiap romadlon tiba, petasan pasti ada. Suasana DAR – DER – DOR terdengar di mana-mana. Ikut membeli atau tidak, bunyinya terdengar sama. Dari pada aku membeli (kehilangan uang) lebih baik tidak membeli. Dan aku cukup puas sebagai pendengar saja. Begitu ada suara DOR aku dekati. Eh,…ternyata teman-temanku ada di situ. Ada bunyi DOR lagi, aku kunjungi ternyata ketemu Joni teman lamaku. Dari pojok sana terdengar suara DOR, ada Markeso pedagang laying-layang yang membunyikan petasan. Mereka semua pada menyapaku, lalu kujawab, bahwa aku ingin menikmati pesta petasan, mercon dan kembang api. Pengunjung lain yang asalnya nggak kenal, kini gayung bersambut : menyambut kehadiranku, sebagai ajang perkenalan dan nostalgia pertemuan dengan teman
20 – DALAM ANTREAN ADA TEMAN
Sore itu aku periksa ke dokter praktek. Petugas administrasi memberiku kupon antrean dengan nomor 19. Sambil menunggu panggilan yang cukup lama dan menjemukan itu, aku gunakan untuk ngobrol-ngobrol dengan sesama pasien yang ternyata malah nomor 37. Guna mengusir kejemuan kami iseng-iseng menanyakan ke sana – ke mari. Dalam kurun waktu hampir 1,5 jam itu sudah kuperoleh 6 kenalan. Ada yang bernama Sinta Andriani, Qomariyah, Prapto Anjasmoro, Samsudin, Gunawan, dan Zaenab. Aku pikir, ternyata mudah juga ya, mencari teman itu…..???!!!.
21 – SALAM UNTUK PEDAGANG KAGETAN
Nakalnya para pedagang kagetan yang mengais rejeki di lapangan desa kami adalah tidak mau bertanggungjawab atas kebersihannya. Kesempatan,…. Saya ditunjuk Pak Camat sebagai MC/pemandu acara di even 17-an Agustus tahun ini. Begitu naik panggung sambil chek sound, saya menggelorakan semangat buat para pedagang yang menjual barangnya di seputar panggung itu. “Halo kawan, utamanya saudaraku para penjual asongan, pedagang kagetan….!!! Gelegar panggung ini adalah berkah tersendiri buat Anda, yang di dalamnya mengandung sinergi-sinergi ekonomi. Untuk itu mohon kesadarannya setelah selesainya acara ini agar membersihkan tempatnya masing-masing….!!! Bagaimana,…??? Sanggung…!!!”
“Sangguuupp……!!!” teriak para penjual musiman.
Aku memancing lagi, : “Bagaimana, setuju untuk bersi-bersih…???”
“Setujuuuu….!!!” Sahut mereka menyuarakan koor bersama.
“Oke teman,…atas nama Bapak Camat, menghaturkan banyak-banyak terimakasih atas kepeduliannya” ujarku memuji.
Jadinya para penjual kaki lima, penjual asongan dan para pedagang dadakan harus dirayu terlebih dahulu. Dan ternyata di hati nurani mereka masih bisa diajak persahabatan.