Juli 27, 2024

SMP NEGERI 3 BABAT

Sekolah Adiwiyata Nasional

mengidentifikasi novel remaja

Kompetensi Dasar : 13.1 Mengidentifikasi karakter tokoh novel remaja ( asli/
terjemahan) yang dibaca

Bacalah penggalan novel berikut, jawablah pertanyaan dibawah ini !
Simaklah petikan novel berikut dengan cermat dan saksama !
Novel Andrea Hirata Hal. (63-74).
SERIBU MALAIKAT
Aku tahu, orang yang dapat membantuku adalah Detektif M. Nur. Kusampaikan padanya bahwa kami harus menemui pemburu yang berhasil menangkap raja punai yang dirubung orang di pasar tempo hari. Di warung-warung kopi kudengar kabar, sang raja telah menjadi seekor pekatik umpan yang ulung.
Detektif M. Nur bertanya mengapa, kujawab: aku memerlukan pekatik itu karena ingin menghinggapkan punai di pohon kecapai di pekarangan rumah A Ling, pada hari ulang tahunnya karena A Ling sangat kagum dan telah dirundung rindu pada burung punai. Itulah hadiah ulang tahun dariku untuknya tahun ini.
Mendengar rencana yang ganjil sekaligus sangat ambisius itu, Detektif M. Nur yang memang memiliki struktur mulut cenderung menganga sendiri di luar kehendaknya, menjadi umpama buaya mau mendinginkan tekak. Tapi, mengingat perkawanan kami, yang telah terjadi bahkan sebelum kami lahir, serta utang uang-uang recehnya padaku yang dengan cara menghina kecerdasannya sendiri, ia selalu berpura-pura lupa ia tak punya pilihan lain selain menyokong apa pun yang kurencanakan. Hal serupa selalu kulakukan untuknya. Dalam sebuah kalimat bebas Matematika, aku dan Detektif M. Nur disandingkan kesintingan simetrik.
Tapi, kurang ajar betul, pemburu itu, yang buta huruf itu, dan berwajah seram itu, menyayangi pekatik-nya lebih dari ia menyayangi istrinya. Dari setiap pilihan katanya, jelas benar ia menekankan bahwa hanya dengan melangkahi mayatnya kami bisa memanfaatkan pekatiknya.
Semula aku jengkel, tapi kuamati sekeliling ruang tengah rumah pondok berdiding kayu gelam yang dihuni pemburu itu dan keluarganya, satu-satunya hal yang mungkin ia bisa banggakan adalah sebuah almanak tahun lawas bergambar bintang film Richie Richardo. Maka, wajar saja ia bersikap fanatik pada raja punai itu karena hewan itulah satu-satunya benda di muka bumi ini yang dapat menompang harga dirinya.
Pekatik itu bertengger di setang sepeda. Waktu dulu kulihat di pasar, bisa sangat liar, matanya berkali-kali garang, kuku-kukunya seperti mau merobek. Sekarang, ia masih memiliki aura seorang raja, tapi redup dan gerak lakunya jinak. Pemburu menyentak setang, pekatik terbang dan aku ternganga. Pekatik itu hanya terbang sejauh dimungkinkan tali rami yang menjalin kakiknya, tanpa sedikit pun menegangkan tali itu. Berarti ia telah dilatih agar lihai mengulur tali. Pekatik mengambang macam capung, lalu hinggap kembali ke setang dengan anggun. Luar biasa seekor raja punai, telah dimentahkan pemburu menjadi serupa kumbang sagu mainan. Betapa adiluhung pemburu itu.
Tanpa kemampuan mengulur tali, seekor pekatik akan tergantung-gantung tanpa daya dengan kaki terjengkang, kepala mengarah ke bumi, dan mata melotot. Kawanan punai yang dipancing segera menjauh karena tahu punai kampungan macam itu hanyalah umpan.
Pembicaraan dengan pemburu selanjutnya menyakitkan hatiku, sambil mangaduk-aduk rambut gondrongnya yang tak pernah disisir itu, ia mengumbar kisah tentang ribuan punai yang berkali-kali berhasil diperdaya pekatiknya, sampai getah perangkapnya habis, sampai ia tak sanggup lagi menangkapi punai yang berserakan di tanah, sampai karung kecampangnya penuh dengan burung punai.
Dan bahwa, punai-punai tangkapannya di sampir-sampirkannya seantero sepeda, dan ia melewati kampung sambil mendapat aplaus.
Dan bahwa, ia dan keluarganya sampai bosan makan burung punai, dimasak dengan cara apa pun.
Dan bahwa, namanya menjadi sangat tenar gara-gara pekatik itu.
Semua itu ia ceritakan tanpa sedikit pun tercium kesan ia rela pekatiknya dipakai orang lain yang memerlukan. Seakan Allah menciptakan burung punai di dunia ini hanya untuk dirinya sendiri. Ia tak peduli padaku, tak peduli pada ulang tahun A Ling, dan tak mau tahun bahwa cintaku yang syahdu bersangkut paut dengan pekatik sialan itu.
Berkali-kali aku dan Detektif M. Nur datang ke rumahnya, ia tak bisa dirayu untuk meminjamkan pekatiknya. Diimingi apapun ia bergeming. Mau dibelikan tembakau, peneng sepeda, beras, tiket bioskop, baju lebaran, lampu minyak, radio 2 band, ditampiknya. Ia malah ketus.
Sayangnya, aku tak punya banyak uang yang mungkin bisa membuatnya berubah pikiran. Jarang kusesali diri menjadi miskin. Hanya pada saat-saat seperti ini. Kupandangi sekeliling pondoknya dengan menanggung perasaan putus asa. Richie Richardo tersenyum dari balik pilar sebuah rumah mewah. Lalu, ajaib, Richie mengedipkan matanya padaku. Eureka! Aku terpikir akan sesuatu. Kubalas senyum Richie. Kudekti pemburu, kubisikkan bahwa aku punya banyak gambar Richie Richardo. Wajah pemburu menjadi serius. “Bersama artis-artis ibu kota, Pak Cik!”
Pemburu tersenyum. Pada hari ulang tahun A Ling, subuh-subuh, aku dan Detektif M. Nur menyelinap dan naik ke dahan tertinggi pohon kecapi di pekarangan rumahnya untuk menenggerkan pekatik itu. Seutas tali rami yang tersambung ke dahan itu kami sembunyikan di pokok pohon.
Sore harinya, aku mengunjungi A Ling. Kupakai baju terbaikku. A Ling tampak sangat anggun dibalut chong kiun berwarna biru laut, pakaian kebangsaannya khususnya untuk hari istimewa.
Sore itu sepi. Kami duduk di beranda. Angkasa kosong, hampa. Menjelang pukul 16.00, satu per satu kawanan burung punai mulai melintasi kampung menuju hamparan buah bakung di hulu sungai, nun di utara. Saat makan sore mereka tiba.
Burung-burung itu berarakan dari sarang-sarangnya di puluhan pulau terpencil sekitar Pulau Belitung. Kawan-kawanan beranggota puluhan punai melesat dengan cepat, susul-menyusul dengan kawanan lain yang berjumlah ratusan.
A ling terpesona melihat punai-punai itu dan mulai membicarakannya. Ia bersedih karena punai tak pernah lagi hinggap di pohon kecapinya. Kukatakan padanya, aku punya hadiah ulang tahun untuknya. Ia bertanya, hadiah apa?
“Burung-burung punai itu.”
Ia tergelak.
“Terima kasih, tapi punai-punai itu punya Tuhan. Mereka ada di langit, tak bisa kau berikan padaku.”
Aku memintanya berdiri di tengah pekarangan. Ia merasa heran dan sungkan, tapi akhirnya ia menurutiku. Malas-malasan ia berjingkat-jingkat dengan terompah kayunya yang tinggi dan rok panjang chong kiunnya yang pas, susah untuk berjalan.
Aku menuju pokok kecapai dan mulai menarik tali yang terhubung dengan dahan pekatik bertengger. Kudengar kepak sayapnya. A Ling memandangiku penuh tanda tanya. Ia tak mengerti apa yang kulakukan dan ia tak tahu ada pekatik di dahan kecapai itu. Punai-punai yang bermata sangat tajam melihat pekatik dan tertarik. Mereka menukik dengan deras menuju kecapai, tapi kemudian kembali ke jalur asalnya. Kawanan-kawanan di belakangnya menyusun dan tampak takut dan ragu seperti kawanan tadi. Mereka kembali terbang menjauh. Keadaan mulai menegangkan.
Kawanan lain bermanuver menuju kecapai, meliuk-liuk seakan menyelidiki situasi, pecah ke langit, semburat ke sembarang arah, bersatu kembali, lalu meluncur kencang ke utara. A Ling terkesima melihat punai yang tadi tinggi di angkasa tahu-tahu berkelebat-kelebat di dekatnya. Aku terus menyentak dahan, pekatik terbang mengulur tali sehingga terlihat oleh kawanan yang jauh. Meraka menyerbu pokok kecapi, tapi belum seekor pun yang berani hinggap. A Ling makin heran melihat kelakuanku, namun ia tak mampu bergerak. Ia terpukau oleh kawanan punai yang berdesingan dari berbagai penjuru, hanya beberapa meter darinya. Wajahnya pucat, mulutnya komat-kamit.
“Punai … punai … punai ….”
Tiba-tiba terdengar suara kepakan yang sangat besar, makin lama makin besar seperti puting beliung mendekat. Suara yang dahsyat itu berasal dari arah belakang rumah. Lalu pekarangan menjadi gelap. A Ling menatap ke atas. Tubuhnya bergetar hebat. Sekawanan punai, beribu-ribu jumlahnya, terbang pelan dan sangat rendah mendekati kecapai, kemudian hinggap bergelayutan pada setiap dahan, ranting, dan daunnya. Kecapi berubah menjadi pohon punai, tak tampak lagi daunnya.
Kerjakan soal berikut !
1. Jelaskan tokoh-tokoh dalam petikan novel tersebut !
2. Tentukan tokoh utama dan tokoh-tokoh sampingan novel tersebut !
3. Jelaskan karakter masing-masing tokoh !
4. Tuliskan cuplikan pernyataan yang menunjukkan karakter masing-masing tokoh !